Tuesday, April 28, 2015

DISPEPSIA


A.    Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse), berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). 

  1.  Epidemologi Dispepsia
Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti,  penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dispepsia.

C.   Klasifikasi Dispepsia

Dispepsia di bagi 2 tipe :
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak
Jenis Dispepsia Organik :
Ø  Gastritis
Ø  Ulkus Peptikum
Ø  Stomatch cancer
Ø  Gastro-Esophangeal Refluks Desease
Ø  Hiperacidity
b.      Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bilatidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguanstruktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). Jenis Dispepsia Non Organik :
v  Dispepsia mirip Ulkus (Ulcer-likedyspepsia) bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
v  Dispepsia mirip Dismotilitas (Dismotilitas-likedyspepsia) bila gejala yang dominan adalah , kembung, cepat kenyang, mual.
v  Dispepsia Non-Spesifik bila gejalanya tidak sesuai dengan Gastritis dan Ulkus peptikum

D.    Etiologi / penyebab Dispepsia
Ø  Perubahan pola makan
Ø  Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
Ø  Alkohol dan nikotin rokok
Ø  Tumor atau kanker saluran pencernaan
Ø   Menelan udara (aerofagi)
Ø  Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
Ø   Iritasi lambung (gastritis)
Ø  Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
Ø  Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
Ø  Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
Ø  Kelainan gerakan usus
Ø   Stress psikologis,kecemasan, atauDyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.

E.    Patofisiologi Dispepsia

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan

F.     Gejala Klinis

Klasifikasi klinis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi                tiga tipe :
  1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
a)      Nyeri epigastrium terlokalisasi
b)      Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c)      Nyeri saat lapar
d)      Nyeri episodik
  1. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:
a)      Mudah kenyang
b)      Perut cepat terasa penuh saat makan
c)      Mual
d)      Muntah
e)      Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f)       Rasa tak nyaman bertambah saat makan
  1. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007). Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras(borborigmi).Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.

G.    Pemeriksaan Diagnosis
  1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
  2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
  3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
ð  CLO (rapid urea test)
ð   Patologi anatomi (PA)
ð   Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
ð   PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
  1. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia)

    Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda.
J.      Penatalaksanaan

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
a)   Antasid 20-150 ml/hari Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

b)  Antagonis reseptor H2 Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

c)      Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI) Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

d)      Sitoprotektif Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

e)   Golongan prokinetik Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)

f)    Kadang juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)

K.   Pencegahan

1)      Atur pola makan seteratur mungkin.
2)      Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat, keju, dan lain-lain).
3)      Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).
4)      Hindari makanan yang terlalu pedas.
5)      Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
6)    Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.
7)      Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
8)      Jika anda perokok, berhentilah merokok.
9)      Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
10)  Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum
olahraga.
11)  Pertahankan berat badan sehat.
12)  Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.

1 comment:

  1. halo kak, boleh ga kak mintak dapusnya ? yang bagian penatalaksanaannya makasih bnyk kk sblmnya :))

    ReplyDelete