A.
Definisi
Dispepsia
Dispepsia berasal dari
bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse), berarti pencernaan. Dispepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut
bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal
: 488).
- Epidemologi Dispepsia
Di Indonesia sendiri, survei yang
dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati
50 persen dari 93 pasien yang diteliti, penyebab dispepsi adalah 86
persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh
kanker lambung. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
dispepsia.
C.
Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia di bagi 2 tipe :
a. Dispepsia organik,
bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma
dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak
Jenis Dispepsia Organik :
Ø
Gastritis
Ø
Ulkus Peptikum
Ø
Stomatch cancer
Ø
Gastro-Esophangeal Refluks Desease
Ø
Hiperacidity
b.
Dispepsia nonorganik
atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bilatidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguanstruktur
organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(teropong saluran pencernaan). Jenis Dispepsia Non Organik :
v
Dispepsia mirip Ulkus (Ulcer-likedyspepsia)
bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
v
Dispepsia mirip Dismotilitas
(Dismotilitas-likedyspepsia) bila gejala yang dominan adalah , kembung, cepat
kenyang, mual.
v
Dispepsia Non-Spesifik bila gejalanya tidak
sesuai dengan Gastritis dan Ulkus peptikum
D.
Etiologi / penyebab Dispepsia
Ø Perubahan pola makan
Ø Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
Ø Alkohol dan nikotin rokok
Ø Tumor atau kanker saluran pencernaan
Ø Menelan udara (aerofagi)
Ø Regurgitasi
(alir balik, refluks) asam dari lambung
Ø Iritasi lambung (gastritis)
Ø Ulkus
gastrikum atau ulkus duodenalis
Ø Peradangan
kandung empedu (kolesistitis)
Ø Intoleransi
laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
Ø Kelainan
gerakan usus
Ø Stress psikologis,kecemasan, atauDyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang
dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.
E.
Patofisiologi
Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak
teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol
serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi
asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
F.
Gejala Klinis
Klasifikasi klinis, didasarkan atas
keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
- Dispepsia dengan keluhan
seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
a)
Nyeri epigastrium terlokalisasi
b)
Nyeri hilang setelah makan atau
pemberian antacid
c)
Nyeri saat lapar
d)
Nyeri episodik
- Dispepsia dengan gejala
seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:
a)
Mudah kenyang
b)
Perut cepat terasa penuh saat
makan
c)
Mual
d)
Muntah
e)
Upper abdominal bloating
(bengkak perut bagian atas)
f)
Rasa tak nyaman bertambah saat
makan
- Dispepsia nonspesifik
(tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan. Nyeri
dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa
dan suara usus yang keras(borborigmi).Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri, pada
penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya.
G.
Pemeriksaan Diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium
biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan
darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan
lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika
tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak,
sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluran
pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon
perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9
(Vilano et al, cit Hadi, 2002).
- Barium enema untuk
memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang
yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer,
2007).
- Endoskopi bisa digunakan
untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh
tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah
lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan
pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
ð
CLO (rapid urea test)
ð
Patologi anatomi (PA)
ð
Kultur mikroorgsanisme
(MO) jaringan
ð
PCR (polymerase chain
reaction), hanya dalam rangka penelitian
- Pemeriksaan penunjang
meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi
Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia)
Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda.
J.
Penatalaksanaan
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa
golongan obat, yaitu:
a) Antasid 20-150
ml/hari Golongan obat ini mudah didapat
dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya
mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus,
sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat
dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga
bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena
terbentuk senyawa MgCl2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat
ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
b) Antagonis
reseptor H2 Golongan obat ini banyak digunakan untuk
mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang
termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin,
roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
c) Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI) Golongan
obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi
asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.
d)
Sitoprotektif Prostoglandin sintetik seperti misoprostol
(PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan
sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
e) Golongan
prokinetik Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid,
domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks
dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
f) Kadang
juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas) pada
pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)
K.
Pencegahan
1)
Atur pola makan seteratur
mungkin.
2)
Hindari makanan
berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat, keju, dan lain-lain).
3)
Hindari makanan yang menimbulkan
gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).
4)
Hindari makanan yang terlalu
pedas.
5)
Hindari minuman dengan kadar
caffeine dan alkohol.
6) Hindari obat yang mengiritasi
dinding lambung, seperti obat anti-inflammatory, misalnya yang mengandung
ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat
untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.
7)
Kelola stress psikologi
se-efisien mungkin.
8)
Jika anda perokok, berhentilah
merokok.
9)
Jika anda memiliki gangguan acid
reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
10)
Hindari faktor-faktor yang
membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu banyak, terutama makanan
berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum
olahraga.
olahraga.
11)
Pertahankan berat badan sehat.
12)
Olahraga teratur (kurang lebih
30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk mengurangi stress dan
mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.
halo kak, boleh ga kak mintak dapusnya ? yang bagian penatalaksanaannya makasih bnyk kk sblmnya :))
ReplyDelete